Sesungguhnya, engkau adalah tanah liat. Dari bentukan mineral, kau menjadi sayur-sayuran. Dari sayuran, kau menjadi binatang, dan dari binatang ke manusia. Selama periode ini, manusia tidak tahu ke mana ia telah pergi, tetapi ia telah ditentukan menempuh perjalanan panjang. Dan engkau harus pergi melintasi ratusan dunia yang berbeda.
JALAN
- Jalan sudah ditandai.
- Jika menyimpang darinya, kau akan binasa.
- Jika mencoba mengganggu tanda-tanda jalan tersebut,
- kau melakukan perbuatan setan.
EMPAT LAKI-LAKI DAN PENERJEMAH
Empat orang diberi sekeping uang.
Pertama adalah orang Persia, ia berkata, “Aku akan membeli anggur.”
Kedua adalah orang Arab, ia berkata, “Tidak, karena aku ingin inab.”
Ketiga adalah orang Turki, ia berkata, “Aku tidak ingin inab, aku ingin uzum.”
Keempat adalah orang Yunani, ia berkata, “Aku ingin stafil.”
Karena mereka tidak tahu arti nama-nama tersebut, mereka mulai bertengkar. Mereka memang sudah mendapat informasi, tetapi tanpa pengetahuan.
Orang bijak yang memperhatikan mereka berkata, “Aku tidak dapat memenuhi semua keinginan kalian, hanya dengan sekeping uang yang sama. Jika kalian jujur percayalah kepadaku, sekeping uang kalian akan menjadi empat; dan keempatnya akan menjadi satu.”
Mereka pun tahu bahwa sebenarnya keempatnya dalam bahasa masing-masing, menginginkan benda yang sama, buah anggur.
AKU ADALAH KEHIDUPAN KEKASIHKU
- Apa yang dapat aku lakukan, wahai ummat Muslim?
- Aku tidak mengetahui diriku sendiri.
- Aku bukan Kristen, bukan Yahudi,
- bukan Majusi, bukan Islam.
- Bukan dari Timur, maupun Barat.
- Bukan dari darat, maupun laut.
- Bukan dari Sumber Alam,
- bukan dari surga yang berputar,
- Bukan dari bumi, air, udara, maupun api;
- Bukan dari singgasana, penjara, eksistensi, maupun makhluk;
- Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqseen;
- Bukan dari kerajaan Iraq, maupun Khurasan;
- Bukan dari dunia kini atau akan datang:
- surga atau neraka;
- Bukan dari Adam, istrinya Adam,
- taman Surgawi atau Firdaus;
- Tempatku tidak bertempat,
- jejakku tidak berjejak.
- Baik raga maupun jiwaku: semuanya
- adalah kehidupan Kekasihku …
BURUNG HANTU DAN ELANG RAJA
Seekor elang kerajaan hinggap di dinding reruntuhan yang dihuni burung hantu. Burung-burung hantu menakutkannya, si elang berkata, “Bagi kalian tempat ini mungkin tampak makmur, tetapi tempatku ada di pergelangan tangan raja.” Beberapa burung hantu berteriak kepada temannya, “Jangan percaya kepadanya! Ia menggunakan tipu muslihat untuk mencuri rumah kita.”
DIMENSI LAIN
- Dunia tersembunyi memiliki awan dan hujan,
- tetapi dalam jenis yang berbeda.
- Langit dan cahaya mataharinya, juga berbeda.
- Ini tampak nyata,
- hanya untuk orang yang berbudi halus —
- mereka yang tidak tertipu oleh kesempurnaan dunia yang semu.
MANFAAT PENGALAMAN
- Kebenaran yang agung ada pada kita
- Panas dan dingin, duka cita dan penderitaan,
- Ketakutan dan kelemahan dari kekayaan dan raga
- Bersama, supaya kepingan kita yang paling dalam
- Menjadi nyata.
KESADARAN
Manusia mungkin berada dalam keadaan gembira, dan manusia lainnya berusaha untuk menyadarkan. Itu memang usaha yang baik. Namun keadaan ini mungkin buruk baginya, dan kesadaran mungkin baik baginya. Membangunkan orang yang tidur, baik atau buruk tergantung siapa yang melakukannya. Jika si pembangun adalah orang yang memiliki pencapaian tinggi, maka akan meningkatkan keadaan orang lain. Jika tidak, maka akan memburukkan kesadaran orang lain.
DIA TIDAK DI TEMPAT LAIN
- Salib dan ummat Kristen, ujung ke ujung, sudah kuuji.
- Dia tidak di Salib.
- Aku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno.
- Tidak ada tanda apa pun di dalamnya.
- Menuju ke pegunungan Herat aku melangkah,
- dan ke Kandahar Aku memandang.
- Dia tidak di dataran tinggi
- maupun dataran rendah. Dengan tegas,
- aku pergi ke puncak gunung Kaf (yang menakjubkan).
- Di sana cuma ada tempat tinggal
- (legenda) burung Anqa.
- Aku pergi ke Ka’bah di Mekkah.
- Dia tidak ada di sana.
- Aku menanyakannya kepada Avicenna (lbnu Sina) sang filosuf
- Dia ada di luar jangkauan Avicenna …
- Aku melihat ke dalam hatiku sendiri.
- Di situlah, tempatnya, aku melihat dirinya.
- Dia tidak di tempat lain.
MEREKA YANG TAHU, TIDAK DAPAT BICARA
- Kapan pun Rahasia Pemahaman diajarkan kepada semua orang
- Bibir-Nya dijahit melawan pembicaraan tentang Kesadaran.
JOHA DAN KEMATIAN
Seorang anak laki-laki menangis dan berteriak di belakang jenazah ayahnya, ia berkata, “Ayah! Mereka membawamu ke tempat di mana tidak ada pelindung lantai. Di sana tidak ada cahaya, tidak ada makanan; tidak ada pintu maupun bantuan tetangga…”
Joha, diperingatkan karena penjelasan tampaknya mencukupi, berteriak kepada ayahnya sendiri:
“Orangtua yang dihormati oleh Allah, mereka diambil ke rumah kami!”
KECERDASAN DAN PEMAHAMAN SEJATI
- Kecerdasan adalah bayangan dari Kebenaran obyektif
- Bagaimana bayangan dapat bersaing dengan cahaya matahari?
REALITAS SEJATI
- Di sini, tidak ada bukti akademis di dunia;
- Karena tersembunyi, dan tersembunyi, dan tersembunyi.
JIWA MANUSIA
- Pergilah lebih tinggi — Lihatlah Jiwa Manusia!
PELEPASAN MENIMBULKAN PEMAHAMAN
- Wahai Hati! Sampai dalam penjara muslihat,
- kau dapat melihat perbedaan antara Ini dan Itu,
- Karena pelepasan seketika dari Sumber Tirani;
- bertahan di luar
KAU DAN AKU
- Nikmati waktu selagi kita duduk di punjung, Kau dan Aku;
- Dalam dua bentuk dan dua wajah — dengan satu jiwa,
- Kau dan Aku.
- Warna-warni taman dan nyanyian burung memberi obat keabadian
- Seketika kita menuju ke kebun buah-buahan, Kau dan Aku.
- Bintang-bintang Surga keluar memandang kita —
- Kita akan menunjukkan Bulan pada mereka, Kau dan Aku.
- Kau dan Aku, dengan tiada ‘Kau’ atau ‘Aku’,
- akan menjadi satu melalui rasa kita;
- Bahagia, aman dari omong-kosong, Kau dan Aku.
- Burung nuri yang ceria dari surga akan iri pada kita —
- Ketika kita akan tertawa sedemikian rupa; Kau dan Aku.
- Ini aneh, bahwa Kau dan Aku, di sudut sini …
- Keduanya dalam satu nafas di Iraq, dan di Khurasan —
- Kau dan Aku.
DUA ALANG-ALANG
- Dua alang-alang minum dari satu sungai.
- Satunya palsu, lainnya tebu.
AKAN JADI APA DIRIKU?
- Aku terus dan terus tumbuh seperti rumput;
- Aku telah alami tujuhratus dan tujuhpuluh bentuk.
- Aku mati dari mineral dan menjadi sayur-sayuran;
- Dan dari sayuran Aku mati dan menjadi binatang.
- Aku mati dari kebinatangan menjadi manusia.
- Maka mengapa takut hilang melalui kematian?
- Kelak aku akan mati
- Membawa sayap dan bulu seperti malaikat:
- Kemudian melambung lebih tinggi dari malaikat —
- Apa yang tidak dapat kau bayangkan.
- Aku akan menjadi itu.
RASUL
- Rasul adalah mabuk tanpa anggur:
- Rasul adalah kenyang tanpa makanan.
- Rasul adalah terpesona, takjub:
- Rasul adalah tidak makan maupun tidur
- Rasul adalah raja di balik jubah kasar:
- Rasul adalah harta benda dalam reruntuhan.
- Rasul adalah bukan dari angin dan bumi:
- Rasul adalah bukan dari api dan air.
- Rasul adalah laut tanpa pantai:
- Rasul adalah hujan mutiara tanpa menalang.
- Rasul adalah memiliki ratusan bulan dan langit:
- Rasul adalah memiliki ratusan cahaya matahari.
- Rasul adalah bijaksana melalui Kebenaran:
- Rasul adalah bukan sarjana karena buku.
- Rasul adalah melebihi keyakinan dan kesangsian:
- Karena Rasul apakah ada ‘dosa’ atau ‘kebaikan’?
- Rasul berangkat dari Ketiadaan:
- Rasul telah tiba, benar-benar berangkat.
- Rasul adalah, Tersembunyi, Wahai Syamsuddin!
- Carilah, dan temukan – Rasul!
KEBENARAN
- Nabi bersabda bahwa Kebenaran telah dinyatakan:
- “Aku tidak tersembunyi, tinggi atau rendah
- Tidak di bumi, langit atau singgasana.
- Ini kepastian, wahai kekasih:
- Aku tersembunyi di kaibu orang yang beriman.
- Jika kau mencari aku, carilah di kalbu-kalbu ini.”
ILMU PENGETAHUAN
Pengetahuan akan Kebenaran lenyap dalam pengetahuan Sufi. Kapan manusia akan memahami ucapan ini?
DEBU DI ATAS CERMIN
Hidup/jiwa seperti cermin bening; tubuh adalah debu di atasnya. Kecantikan kita tidak terasa, karena kita berada di bawah debu.
TINDAKAN DAN KATA-KATA
- Aku memberi orang-orang
- apa yang mereka inginkan.
- Aku membawakan sajak karena mereka
- menyukainya sebagai hiburan.
- Di negaraku, orang tidak menyukai puisi.
- Sudah lama aku mencari orang yang
- menginginkan tindakan, tetapi
- mereka semua ingin kata-kata.
- Aku siap menunjukkan tindakan pada kalian;
- tetapi tidak seorang pun akan menyikapinya.
- Maka aku hadirkan padamu — kata-kata.
- Ketidakpedulian yang bodoh
- akhirnya membahayakan,
- Bagaimanapun hatinya satu denganmu.
KERJA
- Kerja bukan seperti yang dipikirkan orang.
- Bukan sekadar sesuatu yang
- jika sedang berlangsung, kau
- dapat melihatnya dari luar.
- Seberapa lama kita, di Bumi-dunia,
- seperti anak-anak
- Memenuhi lintasan kita dengan debu dan batu dan serpihan-serpihan?
- Mari kita tinggalkan dunia
- dan terbang ke surga,
- Mari kita tinggalkan kekanak-kanakan
- dan menuju ke kelompok Manusia.
RUMAH
Jika sepuluh orang ingin memasuki sebuah rumah, dan hanya sembilan yang menemukan jalan masuk, yang kesepuluh mestinya tidak mengatakan, “Ini sudah takdir Tuhan.”
Ia seharusnya mencari tahu apa kekurangannya.
BURUNG HANTU
- Hanya burung bersuara merdu yang dikurung.
- Burung hantu tidak dimasukkan sangkar
UPAYA
- Ikat dua burung bersama.
- Mereka tidak akan dapat terbang,
- kendati mereka tahu memiliki empat sayap.
PENCARIAN
- Carilah mutiara, saudaraku, di dalam tempurung;
- Dan carilah keahlian diantara manusia di dunia.
TUGAS INI
Kau mempunyai tugas untuk dijalankan. Lakukan yang lainnya, lakukan sejumlah kegiatan, isilah waktumu secara penuh, dan jika kau tidak menjalankan tugas ini, seluruh waktumu akan sia-sia.
KOMUNITAS CINTA
- Komunitas Cinta tersembunyi diantara orang banyak;
- Seperti orang baik dikelilingi orang jahat.
SEBUAH BUKU
Tujuan sebuah buku mungkin sebagai petunjuk. Namun kau dapat juga menggunakannya sebagai bantal; Kendati sasarannya adalah memberi pengetahuan, petunjuk, keuntungan.
TULISAN DI BATU NISAN JALALUDDIN AR-RUMI
- Ketika kita mati, jangan cari pusara kita di bumi, tetapi carilah di hati manusia.
- TENTANG JALALUDIN RUMI
Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi ia juga tokoh sufi yang berpengaruh pada zamannya. Rumi adalah guru nomor satu tarekat Maulawiah –sebuah tarekat yang berpusat di Turki dan berkembang di daerah sekitarnya. Tarekat Maulawiah pernah berpengaruh besar dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman pada sekitar tahun l648.
Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewa-dewaan akal dan indera dalam menentukan kebenaran. Pada zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit itu.
Bagi kelompok yang mengagul-agulkan akal, kebenaran baru dianggap benar bila mampu digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatu yang tidak dapat diraba oleh indera dan akal, cepat-cepat mereka ingkari dan tidak diakui.
Padahal, menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan iman kepada sesuatu yang ghaib. Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula, kepercayaan kepada segala hakekat yang tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragam agama samawi, bisa menjadi goyah.
Rumi mengatakan, “Orientasi kepada indera dalam menetapkan segala hakekat keagamaan adalah gagasan yang dipelopori kelompok Mu’tazilah. Mereka merupakan para budak yang tunduk patuh kepada panca indera. Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah. Padahal, sesungguhnya Ahlussunnah sama sekali tidak terikat kepada indera-indera, dan tidak mau pula memanjakannya.”
Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena tidak pernah melihatnya dengan mata kepala atau belum pernah meraba dengan indera. Sesungguhnya, batin akan selalu tersembunyi di balik yang lahir, seperti faedah penyembuhan yang terkandung dalam obat. “Padahal, yang lahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang tersimpan, yang tersembunyi di balik dirinya. Bukankah Anda mengenal obat yang bermanfaat? Bukankah kegunaannya tersembunyi di dalamnya?” tegas Rumi.
œ
PENGARUH TABRIZ. Fariduddin Attar, seorang tokoh sufi juga, ketika berjumpa dengan Rumi yang baru berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak bakal menjadi tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin itu tidak meleset.
Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207 Rumi menyandang nama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. Adapun panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal sebagai daerah Rum (Roma).
Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah seorang ulama besar bermadzhab Hanafi. Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul Ulama (raja ulama). Namun rupanya gelar itu menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain. Dan merekapun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya sang penguasa terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk keluarganya. Ketika itu Rumi baru beruisa lima tahun.
Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Raja Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut. Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun.
Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya itu. Ia baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar pada perguruan tersebut.
Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, ia juga menjadi da’i dan ahli hukum Islam. Ketika itu di Konya banyak tokoh ulama berkumpul. Tak heran jika Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia.
Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika ia sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, ia juga memberi fatwa dan tumpuan ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin alias Syamsi Tabriz.
Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang menanyakan sesuatu kepadanya. Tiba- tiba seorang lelaki asing –yakni Syamsi Tabriz– ikut bertanya, “Apa yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu?” Mendengar pertanyaan seperti itu Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat pada sasarannya. Ia tidak mampu menjawab. Berikutnya, Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, ia mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi. Ia berbincang-bincang dan berdebat tentang berbagai hal dengan Tabriz. Mereka betah tinggal di dalam kamar hingga berhari-hari.
Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, “Sesungguhnya, seorang guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri Tabriz, guru besar itu melihat kandungan ilmu yang tiada taranya.”
Rumi benar-benar tunduk kepada guru barunya itu. Di matanya, Tabriz benar-benar sempurna. Cuma celakanya, Rumi kemudian lalai dengan tugas mengajarnya. Akibatnya banyak muridnya yang protes. Mereka menuduh orang asing itulah biang keladinya. Karena takut terjadi fitnah dan takut atas keselamatan dirinya, Tabriz lantas secara diam-diam meninggalkan Konya.
Bak remaja ditinggalkan kekasihnya, saking cintanya kepada gurunya itu, kepergian Tabriz itu menjadikan Rumi dirundung duka. Rumi benar-benar berduka. Ia hanya mengurung diri di dalam rumah dan juga tidak bersedia mengajar. Tabriz yang mendengar kabar ini, lantas berkirim surat dan menegur Rumi. Karena merasakan menemukan gurunya kembali, gairah Rumi bangkit kembali. Dan ia mulai mengajar lagi.
Beberapa saat kemudian ia mengutus putranya, Sultan Salad, untuk mencari Tabriz di Damaskus. Lewat putranya tadi, Rumi ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas tindakan murid-muridnya itu dan menjamin keselamatan gurunya bila berkenan kembali ke Konya.
Demi mengabulkan permintaan Rumi itu, Tabriz kembali ke Konya. Dan mulailah Rumi berasyik-asyik kembali dengan Tabriz. Lambat-laun rupanya para muridnya merasakan diabaikan kembali, dan mereka mulai menampakkan perasaan tidak senang kepada Tabriz. Lagi-lagi sufi pengelana itu, secara diam-diam meninggalkan Rumi, lantaran takut terjadi fitnah. Kendati Rumi ikut mencari hingga ke Damaskus, Tabriz tidak kembali lagi.
Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga ia menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, ia tulis syair- syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan-i Syams-i Tabriz. Ia bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat-i Syams Tabriz.
Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syekh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, ia berhasil selama 15 tahun terakhir masa hidupnya menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi-i. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain. Karya tulisnya yang lain adalah Ruba’iyyat (sajak empat baris dalam jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan himpunan ceramahnya tentang tasawuf), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada sahabat atau pengikutnya).
Bersama Syekh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan tarekat Maulawiyah atau Jalaliyah. Tarekat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (Para Darwisy yang Berputar-putar). Nama itu muncul karena para penganut tarekat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.
œ
WAFAT. Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya. Demikianlah yang terjadi pada Rumi. Penduduk Konya tiba-tiba dilanda kecemasan, gara-gara mendengar kabar bahwa tokoh panutan mereka, Rumi, sakit keras. Meski menderita sakit keras, pikiran Rumi masih menampakkan kejernihannya.
Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendo’akan, “Semoga Allah berkenan memberi ketenangan kepadamu dengan kesembuhan.” Rumi sempat menyahut, “Jika engkau beriman dan bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga kafir dan pahit.”
Pada 5 Jumadil Akhir 672 H dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke rahmatullah. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesak-desak ingin menyaksikan. Begitulah kepergian seseorang yang dihormati ummatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar